Untuk dapat melihat sesuatu yang ada disekitar kita ini diperlukan dua sinar :
1. Sinar Luar Matahari, Bulan, Lampu.
2. Sinar dari Diri kita sendiri Mata yang terbuka dan sehat
Diperlukan
2 sinar ini untuk dapat melihat, jika salah satu rusak maka tidak bisa
kita melihat. Contoh disiang hari ada matahari bersinar tapi jika mata
kita buta atau ditutup, maka kita tidak akan bisa melihat. Walaupun
sinar luar ada tapi mata kita buta atau mata kita ditutup, maka kita
tidak akan bisa melihat. Begitu juga sebaliknya jika mata kita sehat
tapi lampu di kamar tidak ada, matahari tidak ada, bulan tidak
kelihatan, maka kita juga tidak akan mampu melihat. Jadi untuk dapat
melihat diperlukan dua sinar ini.
Demikian pula untuk dapat memahami agama diperlukan 2 sinar :
1. Sinar luar Al Quran dan Hadits
2. Sinar dalam Mata Hati kita terbuka
Baru
bisa paham agama jika ada 2 sinar ini. Kalau hanya diajarkan saja
Quran dan Hadits tapi mata hati kita tertutup, tidak terbuka, maka kita
tidak akan bisa paham agama. Saat ini banyak di dunia barat, di Eropa
ataupun Amerika, di universitas2 mereka ada pelajaran Islamology
diajarkan Al Quran dan Hadits. Namun yang belajar Quran dan Hadits ini
tidak ada Iman dan tidak Islam sebab mata hatinya tertutup. Rasullullah
SAW, untuk memberikan kepahaman agama pada waktu itu kepada sahabat,
menempuh jalan kedua-duanya yaitu mengusahakan sinar luar dan sinar
dalam. Sahabat RA diajarkan Quran dan Hadits oleh Nabi SAW, tapi juga
diusahakan agar mata hati mereka terbuka sehingga nur daripada Quran dan
Hadits ini dapat masuk ke hati mereka. Baru Sahabat RA bisa memahami
agama.
Cara
membuka mata hati ini adalah dengan bermujahaddah. Namun kalau Al
Quran dan Hadits tidak diajarkan maka tetap dia akan tersesat. Di
kalangan orang2 hindu dan budha banyak Mujahaddah dilakukan, ada yang
bertapa di goa2, duduk diatas batu, ada yang berpuasa berbulan2, dan
lain-lain, tapi tidak diajarkan Al Quran dan Hadits, maka dia akan tetap
tersesat. Didalam islam yang diajarkan oleh Nabi SAW selain diajarkan
Al Quran dan Hadits tapi diajarkan pula bagaimana mata hati dapat
terbuka. Bukan dengan bertapa di dalam gua ataupun duduk diatas batu
tapi dengan bersusah payah dalam mendakwahkan agama Allah Swt. Hati para
sahabat terbuka ketika terjun dalam dakwah dengan bermujahaddah dalam
memperjuangkan agama Allah. Usaha ini di dalam Al Quran disebut sebagai
Tazkiyah, Pembersihan Jiwa. Kalau kita ingin memahamkan agama kepada
umat hanya dengan mengajarkan Quran dan Hadits tanpa membuka mata
hatinya tetap umat tidak akan paham agama.
Sekarang
banyak umat islam tamatan perguruan tinggi, tamatan pesantren, tamatan
madrasah, tapi masih berani meninggalkan sholat. Dia paham Quran dan
hadits dan hafal, tapi matanya masih melihat yang diharamkan. Kalau
diangkat sebagai pejabat masih berani Korupsi. Kenapa ? karena mata
hati mereka tidak terbuka. Orang-orang terdahulu disamping mengajarkan
Al Quran dan hadits, tetapi juga di ajak bermujahaddah dalam memahami
agama. Orang-orang terdahulu bemujahaddah dalam agama, dari para
sahabat ra, tabiin-tabiin, para wali-wali Allah, mereka semua
bermujahaddah dalam agama, baru mereka bisa menangkap Nur daripada Al
Quran dan hadits, baru mereka paham. Sehingga bisa membawa mereka kepada
pengamalan.
Kelemahan
kita di hari ini, kepada umat ini kita hanya penekanan pada Al Quran
dan Hadits, sinar luar saja, tetapi tidak ada penekanan pada pembukaan
mata hati. Sehingga orang ada belajar jadi alim, pandai ceramah, dan
sebagainya, tetapi islam tidak ada pada dirinya, tidak bisa
mengamalkan. Ini kelemahannya karena tidak ada Tazkiyah, tidak ada
usaha pembersihan jiwa, tidak ada mujahaddah di jalan Allah Swt. Mari
kita lihat faktor sejarah : Bagaimana Rasullullah Saw memahamkan agama
kepada para sahabat RA, bagaimana sahabat RA memahamkan kepada para
Tabi’in, bagaimana para Tabi’in memahamkan kepada tabi’in tabi’in, dan
seterusnya. Ini asbab faktor mujahaddah di jalan Allah ini tidak
ditinggalkan oleh mereka. Semenjak bermujahaddah ditinggalkan, akibatnya
umat tidak faham agama. Akibatnya pemahaman umat berbeda-beda menurut
pemikirannya masing-masing.
Sekarang
dimana-mana ada keinginan umat islam untuk memiliki pemerintahan yang
adil, yang menjalankan syariat islam, inilah cita-cita dari umat. Tapi
masalahnya perjuangan kearah itu mereka tidak pahami, mereka
menggunakan cara sendiri. Mereka memilih orang-orang dengan mendirikan
partai, memilih di Pemilu, dsb. Mereka memilih orang2 yang menurut
pendapat mereka dan menurut pemikiran mereka bisa adil dan bisa amanah.
Ternyata dari pengalaman setelah terpilih orang yang mereka anggap
baik, taunya sama saja. Ini karena adanya pemerintah yang adil bukan
dengan cara seperti itu.
Menurut
Al Quran dan Hadits, apabila umat ini taat kepada Allah Swt,
menjalankan agama secara sempurna, maka Allah akan turunkan rahmat
diantaranya Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi pemerintahan
yang adil ini adalah karunia dari Allah Swt kepada masyarakat yang taat
kepada Allah. Namun jika masyarakat ini mungkar, tidak taat kepada
Allah Swt, maka Allah akan turunkan adzab, berdasarkan Al Quran dan
Hadits, salah satu adzab itu adalah Allah akan angkat pemerintahan yang
tidak adil, yang dzalim dan yang khianat. Kita ini mau berusaha
mendirikan pemerintah yang adil ditengah-tengah masyarakat yang tidak
taat pada Allah, yang mungkar, ini sama dengan melawan sunnatullah.
Tidak mungkin terjadi dan tidak pernah terjadi. Ini sudah menjadi
ketetapan Allah Swt kalau manusia tidak taat maka Allah akan hukum kita
diantaranya dengan mengangkat pemerintahan yang dzolim. Namun jika
masyarakatnya taat kepada Allah sebagai rahmat daripada Allah, maka
Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi karena kita tidak paham
kepada agama, perjuangan-perjuangan menuju arah situ, bukan pada arah
yang benar, tetapi berada pada arah yang salah.
Hari
ini ada juga yang ingin menegakkan yang Haq, dengan cara menghapuskan
kebathilan yaitu dengan cara diperangi, dibunuhin, tempat-tempat mereka
dihancurkan. Ini bukanlah yang dicontohkan oleh Nabi Saw dan para
sahabat RA. Nabi SAW diutus bukan untuk membunuh orang2 penyembah
berhala atau peminum arak. Pada waktu itu oang-orang arab adalah para
penyembah berhala dan peminum arak, berbagai macam pelanggaran dan
kemakiatan dilakukan mereka, tapi Nabi SAW tidak diperintahkan untuk
membunuh mereka. Namun yang dilakukan Nabi SAW adalah bermujahaddah
berdakwah mengajak mereka kepada Iman dan taat kepada Allah. Baru Allah
berikan mereka Hidayah dan kepahaman agama. Sehingga yang tadinya
penyembah berhala dan peminum arak menjadi orang-orang yang taat kepada
Allah Swt. Demikianlah apabila mata hati kita tidak terbuka untuk
memahami agama sering terjadi kesalah pahaman. Memang diantara perintah
Allah dalam Al Quran salah satunya adalah berperang dengan orang
kafir. Namun Timingnya harus diperhatikan, karena kata ulama :
“Al Qital qobla Dakwah as sholah Qobla Wudhu”
Artinya :
“Berperang membunuh orang kafir tanpa dakwah seperti sholat tanpa wudhu”
Kalau
kita sholat tanpa wudhu tidak akan diterima. Walaupun tingginya nilai
sholat tapi kalu tanpa wudhu maka tidak akan diterima. Katakanlah Jihad
berperang itu tinggi nilainya disisi Allah tetapi kalau tidak
ditegakkan dakwahnya, makanya tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tidak
ada Nabi yang diutus oleh Allah Swt untuk langsung membunuh orang
kafir, membunuh para ahli maksiat, tetapi di dakwah dulu.
Sekarang
ini ada keinginan mempelajari agama dengan tenang-tenang saja, dengan
asyik- asyik, tidak mau bermujahaddah, sehingga timbullah ketidak
pahaman atas agama. Apa yang terjadi di kita hari ini sebagai hukuman
dari Allah kepada kita, untuk menghilangkannya, kita hari ini tidaklah
menggunakan jalan yang benar. Kita gunakan jalan kejahilan dengan
ketidak pahaman sehingga sering tidak berhasil. Sering kita dengar
harga barang naik dimana-mana, apa yang dilakukan umat islam ? mereka
berdemo tiap hari, supaya harga turun, sehingga timbulah keributan dan
kekacauan-kekacauan. Namun harga tetap tidak turun-turun. Jika kita
pandang semua ini dengan kacamata Iman, naiknya semua harga di dunia
ini atau di suatu negeri bukan kerja pemerintah tapi kerja Allah Swt.
Semuanya diatur oleh Allah Swt, dari harga yang penting-penting sampai
yang kecil-kecil di pasar dari cabe, gula, garam, semuanya atas izin
dan ketentuan Allah Swt. Tidak ada harga yang naik bukan dari ketentuan
Allah Swt, hakekatnya semuanya atas ketentuan dari Allah Swt. Namun
Allah Swt memberikan pelajaran melalui Al Quran dan Hadits
asbab-asbabnya.
Dalam Suatu Hadist Mahfum :
Apabila ummat ini melakukan 3 dosa maka Allah akan datangkan 4 Adzab :
3 Dosa apa saja :
1. Membangun gedung tinggi-tinggi
2. Melaksanakan pesta pernikahan mewah-mewah
3. Membenci dan memusuhi ulama-ulama tidak mau mendengarkan fatwa dan nasehat mereka
Maka akan datang 4 Adzab :
1. Diangkatnya pemerintah yang dzalim
2. Diangkat pejabat-pejabat yang khianat
3. Dinaikkannya harga-harga barang
4. Dicabut keberkahan daripada ummat.
Jadi
kita tidak sadar bahwa kondisi yang ada sekarang akibat dari dosa-dosa
kita sendiri. Andaikata kita tobat dari dosa tersebut maka dengan
sendirinya segala keburukan ini akan Allah perbaiki.
Banyak
contoh-contoh bahwa kita ini dalam kekeliruan, tidak memahami. Ada
orang berpikir, bahwa untuk menghidupkan islam maka kita harus paksakan
syariat islam, dibentuk syariat islam. Supaya islam bisa berjalan
harus dengan kekuasaan, dengan pemerintahan, buat undang-undang,
jalankan syariat islam, seperti kalo berzina dirajam, yang mencuri
dipotong tangan. Ini bukanlah cara yang dicontohkan Nabi SAW, karena
harus ada kronologinya.
Ada
suatu cerita seorang presiden di pakistan memanggil ulama-ulama.
Presiden berkata kepada para ulama, ini kekuasaan ada ditangan saya,
silahkan ulama-ulama jalankan syariat islam di pakistan. Kebanyakan
Ulama di pakistan menyetujuinya dan segera akan menjalankannya. Namunada
ulama dari ahlul dakwah ini berkata kita memperjuangkan agama ini
harus ikut cara atau tertib Rasullullah Saw. Nabi Saw diutus bukan
untuk menghukum orang bersalah, bukan untuk merajam orang berzina atau
memotong tangan orang mencuri, tetapi membuat preventif agar mereka
tidak mau berzina ataupun mencuri yaitu dengan ditanamkan Iman. Kalau
kita meloncat tanpa membuat usaha preventif bagaimana umat ini jangan
sampai berbuat salah, langsung menghukum orang bersalah, maka akan
terjadi fitnah. Sebagian besar rakyat pakistan tangannya akan buntung
semua, karena pencuri semua. Sebagian besar pejabat-pejabat pakistan ini
adalah pejabat-pejabat yang korup. Apa kata dunia nanti sebagian besar
rakyat pakistan setelah melaksanakan syariat islam, tangannya buntung
semua.
Demikian
bahwa usaha pertama dari para Nabi menuju kepada kesempurnaan islam
ini adalah dengan dakwah. Mereka bermujahaddah dalam usaha dakwah.
Nanti akan Allah berikan hidayah dan Allah akan bukakan mata hati kita,
Allah pahamkan agama kepada kita, sehingga kita ada kekuatan untuk
melaksanakan agama. Demikian juga para sahabat RA, diajak Nabi SAW
untuk bermujahaddah dalam dakwah. Asbab dakwah ini, Allah Swt
menurunkan syariat menurut kronologi tergantung kekuatan iman atau
setelah terbukanya mata hati para Sahabat RA. Mereka diajak oleh Nabi
SAW bermujahaddah secara terus menerus sampai keimanan terbentuk dalam
diri sahabat RA, sehingga ada sahabat yang sudah sholat padahal perintah
sholat belum turun. Ini karena hatinya sudah terbuka, menginginkan
adanya perintah sholat. Sehingga waktu perintah sholat turun, 100% para
sahabat melaksanakan perintah sholat. Ini karena hatinya sudah terbuka.
Ada sahabat sebelum turun perintah meninggalkan minuman keras, mereka
sudah meninggalkan minuman keras. Sehingga waktu turun ayat
meninggalkan minuman keras, 100% sahabat segera tidak minum lagi, tanpa
menghitung untung-ruginya. Ada yang sedang minum tiba-tiba mendengar
pengumuman, saat itu langsung dibuang. Ada yang sudah masuk kemulutnya
tapi mendengarkan pengumuman tentang haramnya khamar langsung
dimuntahkan lagi. Ada yang sahabat RA bisnis minuman keras, baru
belanja besar-besaran, tapi ketika mendengar pengumuman tentang
haramnya minuman keras, langsung dihancurkan, tanpa berpikir kerugian
yang dia tanggung. Ini karena sudah ada Nur Iman di hati mereka, sudah
terbuka mata hati, sudah melihat yang Haq, bahwa perintah Allah ini
nilainya lebih dari segala-galanya.
Sekarang
dengan ketidak pahaman kita ini, bukannya kita menyelamatkan umat
dengan agama, tetapi malah membawa kecelakaan pada umat. Seorang ulama
berkata, kalau ada seorang perempuan membuka aurat padahal syariat
islam hukumnya harus menutup aurat, maka si perempuan itu hukumnya si
perempuan tadi fasik. Namun jika dipaksakan hukum islam dengan
perundang-undangan, padahal mata hatinya belum terbuka, saat mereka
berdemo menentang daripada perundang-undangan yang isinya adalah
perintah Allah, maka dari fasik hukumnya meningkat menjadi Kafir. Ini
karena menentang hukum Allah ini adalah membawa seseorang derajatnya
menjadi kafir. Selama mereka tidak menjalankan hukum Allah karena lemah
iman, tetapi tidak menentang, maka hukumnya hanya fasik. Kita ingin
membawa umat kepada keselamatan, tetapi karena tertib yang tidak benar,
karena kita tidak paham, kita telah membawa umat kepada kecelakaan.Jadi
masalah Takziyah ini, bersusah payah dijalan Allah, adalah masalah
penting bukan masalah kecil. Kita tidak akan paham agama tanpa bersusah
payah dijalan Allah Swt.
Saya
dengar dulu para ulama di pesantren, di pakistan, Bagaimana dulu
mereka mengutamakan mata pelajaran tazkiyah bagi para santrinya. Ada
seorang ulama mempunyai anak laki-laki, dia berkeinginan anaknya bisa
lebih sholeh dan lebih alim dari dia. Walaupun ulama ini mempunyai
pesantren, tetapi dia lebih memilih anaknya ini dikirim ke pesantren
lain, karena dia berpikir kalau anaknya belajar di pesantrennya sendiri
maka akan menjadi manja, tidak mau susah payah.Si ulama khawatir jika
dikirim ke pesantrennya sendiri maka tidak akan ada mujahaddah. Maka si
anak ini dikirim oleh ulama ini ke pesantren kawannya sesama ulama
supaya ada pendidikan khusus agar bisa lebih alim dari beliau dan supaya
lebih paham agama dari beliau. Ketika dia masuk ke pesantren, ayahnya
si ulama, memberi nasehat bahwa apapun yang diperintahkan oleh gurunya
nanti ikuti saja, jangan banyak bertanya dan jangan dibantah, walaupun
kamu belum bisa mencernanya dengan pemikiran, jalankan saja.
Setelah
masuk ke pesantren, si anak ini tidak langsung diajarkan ilmu agama,
tetapi diperintahkan untuk berkhidmat di dapur pesantren. Di dapur si
anak ini mencuci piring, memasak, memotong sayur, menyediakan masakan,
tidak diajarkan kepada anak ini walaupun satu alif pun. Anak ini dengan
tekun dengan ikhlas dia jalankan perintah gurunya berbulan-bulan,
tidak ada mengeluh, di dapur untuk khidmat, tidak mempelajari Quran dan
Hadits. Si anak ini taat dan selalu inget pesan ayahnya bahwa apapun
yang diperintahkan laksanakan saja. Setelah melihat kepatuhan anak ini
menjalankan perintahnya, tidak mengeluh dan ikhlas menerimanya, maka si
ulama pemimpin pesantren memanggilnya. Si ulama pimpinan pesantren
berkata, “Wahai anakku, Kamu sudah khidmat di dapur, bekerja dengan
baik, sekarang kamu pindah dari dapur untuk berkhidmat pada WC umum.”
Namun WC jaman dulu beda dengan WC jaman sekarang. Dulu WC pakai periuk
untuk buang air kecil dan air besar. Jadi untuk membersihkannya dia
bawa periuk kotoran itu di kepalanya ke suatu tempat untuk dibuang lalu
dibersihkan. Setiap pagi inilah rutinitas yang dilakukan si anak ini
dalam waktu yang sangat lama tanpa diajarkan satu alifpun.
Setelah
sekian lama si anak berkhidmat seperti itu, akhirnya gurunya
memanggil. Si guru berkata, “Anakku kamu sudah berkhidmat di dapur, lalu
berkhidmat di wc, sekarang kamu akan ditugaskan sebagai istiqbal,
menjaga didepan pintu pesantren, menerima tamu2 pesantren. Sekarang kamu
harus berpakian yang bersih dan rapih tidak seperti pakian yang kamu
pakai waktu di dapur ataupun ketika khidmat wc.” Maka mendengarkan
perintah ini, sama si anak langsung dijalankan, berpakian rapi, menunggu
di depan gerbang sebagai istiqbal. Ketika si anak ini sedang bertugas,
si guru ini memanggil salah satu santri yang bekerja di khidmat WC. Si
guru berkata kepada si santri yang berkhidmat di WC tersebut, “kamu
tau anak itu.” Si santri bilang, “Tau stadz.” Si guru berkata, “Nanti
ketika kamu bawa periuk kotoran untuk dibersihkan dari wc, kamu bawa
periuk itu kedepan dia sehingga periuk itu melewati hidungnya dengan
jarak yang dekat sekali. Nanti kamu laporkan kepada saya apa
reaksinya.” Mendengar perintah ini si santri besoknya lansung
dilaksanakan perintah Ustadznya. Dia bawa periuk wc itu tadi dan
dilewatkan kedepan hidung si anak tersebut. Namun si anak tersebut
tidak ada reaksi marah atau gaduh ketika periuk itu dilewatkan secara
sengaja ke hidungnya. Si santri lapor ke stadnya bahwa tugas sudah
dilaksanakan, tetapi si anak tidak memberikan reaksi apa-apa, biasa
saja. Si Ustadz berkata, “Bagus, besok kamu lakukan lagi, tapi kali ini
kamu pura-pura tersandung lalu percikkan sedikit saja kotoran itu tadi
kebajunya. Nanti apa sikap dia kamu laporkan kepada saya.”
Besoknya
si santri jalankan perintah si ustadz tadi. Si Santri jalan di depan
si anak tadi lalu dia pura-pura tersandung lalu terperciklah sedikit
kotoran ke baju anak itu. Namun si anak bukannya marah malah minta
maaf, bahwa ini salah dia, tidak seharusnya dia menghalangi jalannya si
santri yang bawa periuk kotoran tersebut. Maka dilaporkanlah kejadian
tersebut kepada si ulama pimpinan pondok pesantren. Si Ulama bilang,
“Bagus, besok kamu lewat lagi kedepan dia kali ini, pura-pura
kesandung, lalu tumpahkan seluruh isi periuk kotoran wc tadi ke badan
dia.” Besoknya dia jalankan perintah si pimpinan pondok pesantren tadi,
dia jalan pura-pura kesandung lalu ditumpahkan periuk kotoran tadi
seluruhnya kebadan si anak yang sedang istiqbal tersebut. Namun apa
reaksi anak tersebut ? itu anak bukannya marah malah menangis, dia
berkata, “Apa saya ini terus-terusan berbuat salah ? kemarin saya
mengganggu jalan saudara, hari ini juga begitu, kenapa saya gak
belajar-belajar.”
Maka
dilaporkanlah kejadian ini pada si ulama tersebut. Kali ini si ulama
memanggil si anak tersebut, “Wahai anakku, kamu sudah khidmat di dapur,
sudah khidmat di wc, dan sudah khidmat di istiqbal, sekarang ada tugas
masih khidmat juga, yaitu mencari daging.” Kalau dulu yang namanya
mencari daging yaitu dengan berburu ke hutan. Jadi si anak ini berburu
ke hutan dengan membawa anjing pemburu. Caranya dia disuruh memakai ikat
pinggang yang kuat yang di ikatkan kepada 6 ekor anjing. Waktu pergi
kehutan si anjing mencium bau daging binatang buruan maka si anjing
berlari sehingga si anak yang kecil ini badannya terbanting-banting
badannya. Si anak tersebut terseret kesana kemari karena kuatnya tarikan
anjing-anjing pemburu, sehingga dia pulang ke pesanten dalam keadaan
babak belur. Si Ulama pimpinan pondok pesantren bertanya, “Gimana
berburunya di hutan ?” si anak menjawab, “Alhamdullilah baik, semuanya
lancar tidak ada masalah.” Si anak tidak mengeluh apapun kepada gurunya,
bahkan mengatakn semuanya baik-baik saja, padahal dia babak belur.
Setelah kejadian ini si ulama pimpinan pondok memeluk anak itu, dan
berkata, “Wahai anakku kamu sekarang sudah punya modal untuk belajar
agama, kamu boleh pulang, mau belajar disini, atau ditempat lain,
ataupun di pesantren ayahmu, silahkan saja, karena kamu sudah ada modal
untuk belajar agama.” Maksudnya apa ? si anak ini sudah punya modal
belajar agama yaitu kesabaran dan ketabahan.
Kalau
kita mempunyai sifat seperti itu maka Nur Quran dan Hadits akan mudah
masuk ke hati kita. Tapi kalau kita ingin asik-asik dan senang-senang
inilah yang menyebabkan susahnya kita memahami daripada Al Quran dan
Hadits, sehingga susah membawa kita kepada pengamalan, apalagi kepada
penghayatan.Balik mengomentari cerita tadi kenapa terakhir ini anak
disuruh berburu dengan membawa 6 ekor anjing yang banyak hingga dia
babak belur terbawa kesana kemari. Ini karena si anak ini adalah calon
ulama. Ulama itu akan mengayomi masyarakat, sedangkan keinginan
masyarakat itu berbeda-beda, yang satu mau begini, yang satu mau
begitu. Jadi ulama-ulama itu harus siap babak belur, supaya masyarakat
bisa menerima mereka, tidak memihak kepada siapapun, karena ulama ini
calon pimpinan. Demikian orang-orang terdahulu belajar agama tidak
dengan senang-senang, tetapi dengan mujahaddah. Ketika kita membuka
riwayat hidup imam-imam besar seperti Imam Bukhari, Imam Muslims, Imam
Syafei, Imam Hanafi, Imam Hambali, dalam hidup mereka mempelajari agama
penuh dengan mujahaddah, baru Allah Swt berikan kemuliaan pada mereka
menjadi Imam, dan pemahaman atas agama.
Inilah
kekurangan dan kelemahan kita di hari ini, masalah mujahaddah telah
ditinggalkan. Arahan dari Nizammuddin, para masyeikh katakan, untuk
agama ini bisa tumbuh di diri kita diperlukan 2 syarat :
1. Hidup Sederhana Zuhud terhadap dunia
2. Siap bermujahaddah Rabbah terhadap Akherat
Kalau
ada di diri kita ini hidup sederhana dan siap bermujahaddah maka agama
akan tumbuh subur di kehidupan kita. Mengapa agama diturunkan di
jazirah Arab pada waktu itu ? ini karena sifat ini ada pada orang-orang
Arab dibandingkan dengan kehidupan orang-orang persia dan romawi pada
waktu itu. Orang-orang arab ketika itu hidupnya sangat sederhana dan
mujahaddah, mereka hidup di padang pasir, berpanas-panasan, kurang air,
sering lapar dan haus. Sehinggga Allah turunkan agama, karena mereka
mempunyai sifat ini, sehingga agama tersebar kemana-mana asbab mereka.
Demikian
juga Maulana Ilyas Rah.A, memulai usaha dakwah di mewat, India. Orang
Mewat ketika itu mempunyai sifat yang sama, mereka hidup sederhana dan
bermujahaddah. Dari korban orang-orang mewat usaha dakwah tersebar
keseluruh dunia. Inilah yang menyuburkan agama pada umat ini jika ada
hidup sederhana dan mujahaddah. Sedangkan yang meracuni agama dan
menyebabkan agama jadi gersang ini juga ada 2 sebab :
1. Hidup Mewah dan Boros
2. Kenyamanan hidup & keinginan senang-senang
Inilah
yang menyebabkan agama gersang. Kita harus memiliki Zuhud terhadap
dunia dan Rabbah terhadap akherat, baru agama akan mudah diamalkan.
Kalau kita Rabbahnya, semangatnya, hanya kepada dunian saja, dan
semangat terhadap akherat kita lebih kecil dibanding keduniaan kita,
maka Hidyah akan susah masuk. Jadi kita harus ada sifat zuhud pada
dunia dan rabbah terhadap akherat, susah payah demi akherat. Diantara
sifat-sifat para sahabat RA diceritakan bahwa sahabat ini kalau sholat
ada dua tempat, satu tempat yang teduh dan satu lagi tempat yang panas.
Para sahabat RA sengaja lebih memilih tempat yang panas agar bisa
bermujahaddah. Ini yang dilupakan oleh kita hari ini, sehingga hari ini
ada kita temukan pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah ingin
pelajarnya ini senang-senang. Sementara kalau kita lihat ulama-ulama
yang besar itu dulu lahir dari pesantren-pesantren yang mujahaddah.
Mereka memasak sendiri, mencuci sendiri, tempat juga sederhana, bersusah
payah mempelajari agama. Sekarang hari ini ada keinginan dari
orang-orang ingin memahamkan agama tapi dengan menghilangkan mujahaddah.
Pelajarnya diberi kemewahan dan kenyamanan, maka tidak paham-paham
agama.
Maksud
daripada Usaha Dakwah ini adalah sedikit banyak kita belajar
bermujahaddah di jalan Allah Swt, sehingga mata hati kita terbuka. Kalau
mata hati kita terbuka, kita berjuang dan berkorban di jalan Allah
Swt, ikhlas karena Allah Swt, maka Allah ajarkan agama pada diri kita
diberi kepahaman tanpa guru di ajarkan oleh Allah Swt. Sering kita
lihat orang yang bermujahaddah di jalan dakwah ini, banyak orang yang
Allah bukakan hatinya, bisa paham agama walaupun dia jarang duduk di
taklim. Inilah yang namanya ilmu laduni, ilmu tanpa guru.
Hadits Mahfum :
“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya maka Allah akan ajarkan ilmu yang belum diketahuinya”
Walaupun
tanpa guru. Andaikata kita mau berkorban di jalan Allah dengan harta
dan diri, bermujaddah berjuang dijalan Allah, maka nanti Allah akan
masukkan Nur kedalam hati kita untuk memahami Al Quran dan Hadits.
Ada
seorang ahli dakwah datang ke Maulana Yusuf Rah.A. Dia mengatakan,
“Wahai Maulana, saya sudah keluar 4 bulan, amal maqomi juga sudah saya
jalankan, alhamdullillah tiap tahun saya keluar, tetapi kenapa perasaan
saya ini keikhlasan belum masuk ke hati saya.” Ini kerisauan orang
tersebut. Apa nasehat Maulana Yusuf Rah.A, “Engkau teruskan dakwah,
terus dan terus, sampai kamu bertemu dengan si abdurrahman.” Si orang
ini bingung siapa ini si abdurrahman. Akhirnya Maulana Yusuf ceritakan
siapa si abdurrahman. Jadi si Abdurrahman ini adalah seorang pemuda
kampung yang miskin, hidupnya sebagai kuli tani, bekerja di ladang
orang untuk mendapatkan upah. Si Abdurrahman ini mempunyai cita-cita
belajar agama di pesantren untuk paham agama. Suatu ketika dia
mendengar ada pesantren yang terkenal di suatu kampung. Maka dia niat
untuk masuk ke pesantren tersebut belajar dari ulama yang kononnya
terkenal dengan kealimannya.
Mulailah
si Abdurrahman menabung dari hasil upahnya untuk dapat masuk ke
pesantren. Singkat cerita akhirnya uangnya terkumpul dari hasil jerih
payahnya. Berangkatlah si abdurrahman ke pesantren tersebut untuk
mencari ulama yang dia sering dengar untuk dapat belajar dari dia.
Setelah sampai di kampung tempat pesantren tersebut, akhirnya dia baru
tahu ternyata ulama yang dia cari ternyata udah meninggal. Mendengar hal
tersebut sedihlah si abdurrahman, karena sudah sekian lama dia
menabung untuk belajar dengan ulama tersebut ternyata setelah datang si
kyai sudah meninggal. Si Abdurrahman akhirnya terpikir, biasanya satu
pesantren ini kalau kyainya meninggal pasti ada anaknya atau anggota
keluarga lainnya yang sama alimnya yang menggantikan posisi kyai
tersebut dalam mengajar. Si Abdurrahman mulai bertanya ke penduduk
apakah ada pengganti ulama tersebut. Penduduk kampung bilang yang
melanjutkan memimpin pondok pesantren itu adalah anaknya si kyai
tersebut. Singkat cerita pergila si abdurrahman ini kerumah anak si
ulama tersebut.
Sampai
di tempat anak si ulama tersebut, memang dasar si abdurrahman ini
mempunya hati yang bersih maka dia selalu menjaga prasangka baik kepada
si anak ulama tersebut karena kesungguhannya ingin belajar.
Abdurrahman ini mempunyai keyakinan kalau bapaknya ini ulama sholeh
pasti anaknya juga seorang alim yang sholeh juga. Padahal si anak ulama
ini ternyata tidak seperti bapaknya yang alim dan sholeh. Si anak ulama
ini ternyata seorang bergajulan, tidak sholat, pemabok, penjudi, dan
kerjakan banyak maksiat. Namun si abdurrahman tidak tahu, dia hanya tau
kalau si anak kyai ini pasti orang yang sholeh dan alim juga seperti
bapaknya, dan dia datang ingin belajar kepada si anak kyai tersebut.
Pada waktu datang ke rumah si anak kyai itu kebetulan si anak kyai ini
mempunyai pembantu namanya juga si abdurrahman, yang saat itu sedang
pergi beli sesuatu di luar.
Jadi
waktu si abdurahman ini mengetuk pintu dan mengucapkan salam, si anak
kyai ini rupanya sedang kesal rupanya. Baru masuk rumah si anak kyai
ini langsung memarahi si abdurahman, disangkanya yang datang ini adalah
pembantunya. Si anak kyai ini marah dan berkata, “Kemana saja kamu
Abdurrahman, saya sudah menunggu dari tadi ?” mendengar hal ini si
abdurahman terkejut, wah dia terpikir anak kyai ini sungguh kasyaf, saya
belum datang dan belum mengutarakan maksud saja dia sudah menunggu
saya. Makin yakin saja si abdurrahman untuk belajar kepada anak kyai
ini. Waktu dia buka pintu dan menongolkan muka, baru nampaklah muka si
abdurahman, maka terkejutlah anak si kyai ini ternyata bukan
pembantunya. Maka ditanyalah nama, darimana, dan maksud kedatangan si
abdurrahman ini oleh si anak kyai ini. Si Abdurrahman mengutarakan bahwa
dia ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Mendengar hal ini si
anak kyai bingung, dia bilang ke abdurrahman bahwa dirinya ini bukan
kyai. Mendengar hal ini si abdurrahman merasa bahwa anak kyai ini Masya
Allah sungguh tawadhu. Bagi si Abdurrahman anak kyai ini seorang kyai
yang yang tawadhu tidak mau menunjukkan keulamaannya, maka semakin yakin
dia mau belajar kepada si anak kyai ini. Si abdurrahman berkata,
“Bagaimanapun juga saya mau nyantri di pesantren, belajar kepada kyai.”
Si anak Kyai mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ngajar. Masya Allah di
hati si abdurrahman bahwa tawadhu sekali ini seorang ulama mengaku
tidak mampu ngajar. Di satu sisi si abdurrahman memaksa untuk belajar,
disatu sisi si anak kyai menolak karena dia tidak bisa ngajar.
Melihat
keadaan ini si anak kyai ini yakin bahwa si abdurrahman ini seorang
pemuda kampung yang bodoh, sehingga timbullah pikiran jahat untuk
menjahili si abdurrahman. Si anak kyai ini bertanya kepada Abdurrahman,
“Apa kerja kamu ?” abdurrahman menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai
kuli ladang di kampungnya. Si anak kyai itu berkata, “Bagus, saya punya
ladang disana, kamu balik ke kampung kamu lalu kamu tanami ladang
saya, kalau kamu mau belajar sama saya, kamu kerja disana nanti 10
tahun lagi kamu balik kemari untuk belajar agama.” Si Abdurrahman ini
hatinya bersih dan karena dia sungguh-sungguh ingin belajar agama, dia
setujui persyaratan anak kyai tadi. Pergilah si Abdurrahman ini balik
ke kampungnya di gunung untuk menjadi kuli ladang kembali menggarap
ladang si anak kyai tadi juga. Dia kembali bekerja dengan niat untuk
belajar agama disanalah dia bermujahaddah. Dia terus bekerja disana
tanpa mempelajari satu alifpun.
Allah
Swt Maha Adil dan Maha mengetahui kesucian dan kebersihan niat si
Abdurrahman ini. Persis 10 tahun dia bekerja ada seorang ulama besar
meninggal dunia di masa itu. Allah Swt dengan QudratNya memindahkan ilmu
agama dan pemahaman agama si Ulama tersebut kepada si Abdurrahman
tanpa perantara guru. Asbab ini dengan serta merta jadi alim, si
abdurrahman pikirannya terbuka dan pemahamannya bertambah. Bagaimana
prasangka Abdurrahman saat ini mengalami kejadian yang demikian ? si
Abdurrahman berpikir, “Masya Allah guru saya ini luar biasa, dia
mengajarkan agama kepada saya dari jarak jauh.” Begitulah sikap
abdurrahman memuji kepada gurunya karena sudah mengajarinya agama dari
jarak jauh. Akhirnya si Abdurrahman turun dari gunung pergi mengunjungi
si anak kyai untuk berterima kasih. Si anak kyai bertanya, “Bagaimana
kabar kamu ?” si Abdurrahman menjawab, “Alhamdullillah berkat ajaran
pak kyai dari jarak jauh, kini saya sudah jadi alim, paham mengenai
banyak hal tentang agama.” Si anak kyai ini tidak percaya, masa hanya
dengan bertani sesorang bisa berubah jadi alim. Melihat hal ini karena
penasaran si abdurrahman diajak keliling oleh anak kyai ini untuk
bertemu ulama-ulama agar bisa membuktikan perkataan abdurrahman ini.
Terkejut si anak kyai ini ternyata setelah di test memang betul bahwa
si abdurrahman ini alim.
Asbab
si Abdurrahman, Allah berikan si anak kyai ini hidayah, bertaubat,
lalu menyantri dengan si abdurrahman ini. Ini adalah kisah nyata yang
diceritakan oleh masyeikh kita. Disini ada pelajaran yang bisa kita
ambil :
1. Niat ikhlas
2. Mujahaddah
3. Sangka Baik
4. Asbab Hidayah
Begitu
kita di dalam kerja dakwah ini, kita terus dakwah walaupun dengan
segala kelemahan kita, sampai kita ketemu orang seperti si Abdurrahman
ini. Berkah dari orang seperti ini akan kita dapatkan asbab kerja
dakwah ini. Ini adalah contoh bagaimana Allah akan berikan kepahaman
kepada kita kalau kita mau bersusah payah dalam memperjuangkan agama
ini. Tidak ada sejarahnya orang dapat pemahaman agama hanya dengan
santai-santai dan senang-senang. Kepahaman agama hanya Allah berikan
kepada orang yang mau mujahaddah memperjuangkan agama. Sehingga tidak
salah langkah dalam agama. Hari ini agama hanya ditafsirkan menurut
akal pikiran dan nafsu kita masing-masing karena telah ditinggalkannya
mujahaddah. Sehingga mengamalkan agama menurut hawa nafsu, menurut
pikiran kita saja, bukannya mengikuti daripada yang di contohkan oleh
Rasullullah SAW dan para sahabat RA.
Kita
keluar di jalan Allah ini bukan hal yang baru, ini merupakan syarat
untuk memahami agama, dengan cara bersusah payah dijalan Allah. Asbab
kita tinggalkan mujahadah sehingga hari ini ummat mudah terbawa
daripada keinginan-keinginan dari orang kafir agar hidup ini
senang-senang dan mewah-mewah. Sementara untuk agama tumbuh subur kita
harus bisa zuhud terhada dunia bukannya mewah-mewah. Oleh karena itu
kita semua harus siap untuk bermujahaddah di jalan Allah agar Allah beri
kepahaman agama kepada kita. Kita keluar dijalan Allah kita belajar
zuhud terhadap dunia, bawa pakaian seadanya, masak sendiri nyuci
sendiri, kadang-kadang kepanasan, kadang-kadang kedinginan, tidur
dilantai, banyak nyamuk dan lain-lain. Ini adalah faktor-faktor yang
membuat datangnya hidayah yaitu dengan mujahaddah. Sementara kalau kita
dirumah kita dapat kenyamanan makanan disediakan, baju ada yang nyuci,
tidur dikasur, sehingga agama susah masuk kalau kita dirumah saja.
Asbab kenyamanan di rumah ini membuat kita tidak paham agama, karena
mata hati kita tidak terbuka.
Untuk
kepahaman atas Al Quran dan Hadits itu membutuhkan sifat Mujahaddah.
Jangan pernah merasa cukup mempelajari Al Quran dan Hadits karena
kedalamannya sangat luas,agama itu luas, dibutuhkan mujahaddah yang
terus menerus untuk memahaminya. Walaupun kita sudah mengamalkan agama
tetap akan masih kurang. Maka acuan kita bukanlah pada orang jaman
sekarang dalam pengamalan dan pemahaman tetapi Rasullullah SAW dan para
Sahabat RA. Dibanding rasullullah SAW dan para sahabat pengamalan kita
dan pemahaman agama kita sangat jauh sekali dibanding mereka.
Inilah
mengapa kita harus merintis pengorbanan kita agar seperti mereka.
Bagaimana ketaatan kita seperti mereka. Untuk itulah kita lagi dan lagi
bermujahaddah. Inilah yang perlu kita pahamkan kepada ummat bahwa
didalam untuk memahami agama ini penting untuk bersusah payah dijalan
Allah Swt. Hari ini ada pemikiran di masyarakat bahwa untuk apa
susah-susah dakwah ke kampung-kampung, padahal hari ini ada TV, ada
Internet, ada Handphone, ada Radio, lebih luas cakupannya dan lebih
banyak penggunanya sehingga point-point dakwah bisa disebar melalui
media itu. Padahal kalau kita perhatikan para sahabat dulu mujahaddah
berdakwah ke yaman, lalu orang-orang berbondong-bondong masuk islam.
Lalu para sahabat mujahaddah berdakwah ke maghribi, lalu ramai-ramai
orang-orang berbondong bondong masuk islam. Masuk ke mesir, ramai-ramai
orang-orang masuk islam. Masuk ke Aljazair, ramai-ramai orang masuk
islam. Padahal dulu belum ada handphone, televisi, radio, ataupun
internet, namun asbab ada mujahaddah para sahabat RA dalam berdakwah
orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Sekarang dengan alat-alat
modern ini adakah kita dengar orang-orang suatu negeri
berbondong-bondong masuk islam ? jawabnya tidak. Jadi terbukanya mata
hati bukan lah karena hal-hal seperti itu. Kalaulah memang tv, radio,
Handphone, dan radio memang bisa memajukan agama pastilah sudah
diberikan kepada Rasullullah SAW oleh Allah Swt. Ini karena Allah Swt
berfirman :
“Al yauma akmaltu lakum dinnakum…” Artinya : Hari ini telah sempurna Agama
Tidak
memerlukan lagi cara yang seperti itu, cara yang dibawa oleh Nabi SAW
adalah cara yang sudah sempurna, tinggal mengikuti saja, jangan pakai
akal-akalan kita. Kita tidak menafikan kalau orang mau memakai itu
silahkan saja tetapi cara Mujahaddah ini jangan ditinggalkan. Kita akan
tambah jauh dari agama jika kita tinggalkan cara Nabi SAW. Sehingga
sesam islam sekarang mudah di adu domba, dibenturkan, satu sama lain,
sampai terjadi perang sesama islam. Ini karena mereka tidak paham sama
agama. Andaikata kita paham dengan agama akan timbul kasih sayang,
cintai mencintai, rukun, dan satu hati itu akan terjadi.
Kita
belum paham agama karena kita kurang bermujahaddah. Dalam beramal ini,
Allah akan bukakan mata hati sejauh mana kita bermujahaddah. Kata para
ulama kalau kita beramal akan mendapatkan pahala, tetapi kalau dengan
bermujahaddah maka akan mendapatkan hidayah. Contoh kalau kita berwudhu
ini akan mendapatkan pahala, tetapi kalau kita berwudhu ditempat yang
dingin, dalam keadaan ngantuk, dan lain-lain, selain dapat pahala kita
akan dapat hidayah. Kita di Indonesia ini puasa tidak terlalu berat,
apalagi di Eropa dimusim dingin, siangnya lebih pendek, lebih enak lagi
puasanya. Berbeda kalau kita puasa di negeri arab panasnya luar biasa,
siangnya lebih panjang, sedikit-sedikit haus. Kita ini kalau hanya di
indonesia saja tidak akan mengalami mujahadahnya beramal di negeri
orang. Jika kita mengalamin bermujahaddah di negeri mereka ketika musim
panas dan musim dingin, maka hidayah akan datang kepada kita. Kita
lihat saudara-saudara kita yang bermujahaddah, iman mereka kuat.
Sehingga walaupun ditengah-tengah kemaksiatan, Allah berikan kekuatan
untuk mengamalkan agama.
Saya
lihat waktu kami ke spanyol, saya lihat orang-orang islam dari
marokko, maghribi. Di Marokko Quran ini sudah membudaya. Ketika kami ke
morokko kami lihat setiap bada maghrib dan bada subuh seluruh mesjid
membaca al quran bersama secara berurutan. Setiap hari membaca 1 juz
bersama-sama sehingga dalam 1 bulan mereka sudah biasa mengkhatamkan Al
Quran. Ketika kami berjaulah baru kami baca ayat pendek mereka yang
meneruskan bacaannya anak-anak muda sudah hafal Quran, banyak sekali
kami temui di spanyol. Di bulan puasa biasa bagi mereka terawih baca 1
juz. Semangat Ibadah mereka sangat tinggi, ini di negeri kafir,
bagaimana dengan kita disini yang kononnya muslim terbesar. Di negeri
kafir penuh dengan kemaksiatan, mereka bisa sholat terawih bacaan
Qurannya 1 juz. Ketika kami di Barcelona di markaz tabligh yang konon
baru dibangun tahun 1987 agama berkembang pesat. Padahal dulunya kalau
orang muslim mengucapkan salam saja bisa marah orang karena merasa
panggilan kampungan begitu. Namun asbab ada kerja dakwah kini di
Barcelona sholat dzuhur saja ramainya sama seperti sholat jumat. Sebelum
tabligh datang, dulu orang-orang Maroko di Barcelona tidak sholat,
namun asbab tabligh alhamdullillah, dikota maksiat orang-orang tetap
menjaga sholat berjamaahnya. Walaupun kita sedang jaulah orang-orang di
bar di tempat-tempat ngopi tapi ketika kita datangin waktu jaulah
mereka mendengarkan dengan baik.
Kalau
di Spanyol ini banyaknya orang Marokko, lain lagi di Portugal orang
islam banyaknya orang Afrika dari Mozzambiek. Mereka membangun mesjid
besar dan megah, setiap malam mereka menjamu orang buka dan makan malam
sekitar 400 orang setiap harinya. Luar biasa semangat mereka dalam
beribadah dan bersedekah. Bahkan kita kira pemerintah mereka yang
kononnya tidak menyukai islam, pemerintahan kafir, ternyata mereka
justru senang dengan orang islam, bahkan ikut nyumbang dalam membangun
mesjid. Hubungan mereka orang islam dengan pemerintah ternyata baik ini
karena akhlaqnya bagus, tidak membuat kekacauan sehingga pemerintah
sana senang. Disana, Portugal, pemerintahnya memberikan banyak
kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usaha dakwah. Ini karena mereka
melihat orang-orang yang ada salam usaha dakwah ini orangnya baik-baik
tidak menganggu politik ataupun yang lainnya, umum jalankan usaha agama
saja. Demikian asbab bermujahaddah dijalan Allah sehingga Allah bukakan
kemudahan-kemudahan dalam usaha dakwah ini.
Lain
lagi di perancis, Jaulah kedua lebih banyak dibanding dari jaulah
pertama, beda dengan di Indonesia yang jaulah pertamanya lebih banyak
dibanding jaulah keduanya. Ini karena banyak mesjid di Indonesia
menjalankan mesjid di jaulah pertama tapi jaulah keduanya tidak. Kalau
di perancis mereka menggunakan cara misalnya ada 8 orang di mesjid
jaulah pertama, maka semuanya akan bergerak bersama-sama. Tetapi kalau
jaulah kedua di perancis ini, yang 8 orang dibagi 4 rombongan dibagi per
2 orang untuk jaulah kedua. Di perancis karena jarang mesjid maka
caranya mereka gelar tikar dibawah pohon, lalu waktu adzan mereka jaulah
ke flat-flat. Alhamdullillah mereka yang ditaman dan dijalan-jalan,
mereka berdatangan, mendengar bayan. Para taskilan, mereka dibawa
kebawah pohon seperti piknik untuk di iqrom. Waktu sholat berjamaah
mereka berbondong-bondong ikut sholat dibawah pohon. Mereka terus
menerus sholat dibawah pohon akhirnya Allah ubah keadaan sehingga kini
mesjid bertambah menjadi ribuan mesjid. Sekarang total kurang lebih
mesjid di perancis ada 3500 mesjid.
Pernah
dulu raja Arab Saudi, raja Faisal ketika itu mengajukan proposal
kepada pemerintahan perancis untuk mendirikan mesjid karena susahnya
dia nyari mesjid untuk sholat. Mendapat tawaran itu presiden perancis
konsulasi dengan para pendeta gereja saat itu untuk menyikapi proposal
raja Arab. Mereka membalas surat ke Raja Arab ketika itu yang isinya
kalau mereka diperbolehkan mendirikan gereja di mekah, maka raja Faisal
diperbolehkan membangun mesjid di Perancis. Mendapat jawaban seperti
itu Raja Faisal membatalkan niatnya untuk membangun mesjid. Setelah
dengan jalan kekuasaan pemerintah untuk menegakkan agama dengan
membangun mesjid tidak mampu dilaksanakan. Namun, alhamdullillas asbab
kerja dakwah yang dilakukan dengan cara diam-diam, kini mesjid ada
dimana-mana di perancis. Di tahun 1960 an di perancis hanya ada 1
mesjid, kini tahun 2009 jumlah mesjid ada ± 3500 mesjid. Ini kelebihan
pemerintahan perancis, hak azasi sangat dihargai bagi warga negara sana.
Suatu
ketika di salah satu kota perancis ini ketika adzan dikumandangkan,
warga non muslim protest, sehingga diangkatlah kasus ini ke pengadilan.
Pengacara orang islam ini pintar, mereka berargument kalau memang
mereka terganggu karena suara adzan seharusnya mereka lebih terganggu
lagi sama suara bising pesawat di airport, karena lokasinya sangat
dengat dengan airport. Jadi kalau memang mau ditetapkan seperti itu
maka seharusnya airportpun juga di tiadakan. Akhirnya umat islam menang
di pengadilan bisa diterima secara akal. Kalau misalnya mereka tidak
suka bising bukannya airport yang digusur tapi merekalah yang harus
pindah jauh dari Airport. Begitu juga dengan suara adzan kalau memang
tidak suka dengan suara adzan yang tidak seberapa jangan di larang
adzannya tapi merekalah yang harus pindah. Alhamdullilah akhirnya yang
non muslim pada pindah, dan yang islam pindah kedaerah itu. Demikanlah
dengan mujahaddah ini Allah berikan kemudahan-kemudahan.
Juga
sudah banyak bukti banyak orang-orang masuk islam asbab Akhlaq. Banyak
laki-laki di perancis ingin mencari wanita-wanita islam, karena wanita
islam ini taat dan tidak khianat kepada suami. Jadi kalau kita terus
bermujahaddah di jalan dakwah ini maka nanti akan datang orang-orang
berbondong-bondong masuk islam. Seperti dijaman Sahabat RA, bahwa
orang-orang akan berbondong-bondong masuk islam ketika umat islam sudah
sempurna agamanya : Iman nya betul, Ibadahnya Betul, Muamalahnya
Betul, Muasyarohnya betul, dan Akhlaqnya betul. Orang yang hidup di luar
agama ini hidupnya tidak ada kebahagiaan hanya sangkaannya,
kelihatannya bahagia, padahal rohaninya kosong. Memang betul secara
dzohiriyah mereka maju dari makanannya, pakaiannya, transportasinya,
rumahnya, namun secara rohaniat mereka kosong dan gersang hatinya.
Padahal mereka cukup makan uang ada, dan pakaian banyak, tapi tiap hari
mereka bengong saja, sehingga untuk menghilangkan kekosongan dan
kesusahan dalam hatinya ini akhirnya mereka buat kebiasaan fly atau
mabuk-mabukan agar bisa senang. Seharusnya keadaan mereka ini jangan
kita benci tapi harus dikasihani, karena sesungguhnya dengan kehidupan
seperti itu kehidupan mereka seperti tinggal menunggu adzab saja.
Walaupun hidup mewah dan nyaman tapi jika mati tidak membawa iman maka
mereka akan di azab selama-lamanya. Kita yang bertanggung jawab atas
mereka ini. Dakwahkan agama, Kita bersusah payah datang kepada mereka.
Asbab kerisauan kita ini kepada mereka maka Allah akan bukakan mata hati
kita, nanti Allah beri kepahaman. Jika mata hati kita menyanyangi
umat, maka Allah akan sayang kepada kita.
Mahfum Hadits :
“Irhamu
ma fil ardhi yarhamu suma fissama” Artinya : “Kamu kasihani apa yang
ada di muka bumi maka ahli langit akan kasih kepada kamu”
Bukannya
kita gunjingi atau diperangi mereka, tetapi justru harusnya kita
kasihani mereka, kita dakwahkan mereka menyampaikan Kalimat Tauhid.
Mereka ini adalah tanggung jawab kita. Agama Islam ini bukan untuk
orang islam saja tapi untuk semua manusia.
Allah berfirman :
Innadeena Indallahiil islam : Agama yang diterima oleh Allah hanya Islam
Selain
islam tidak akan diterima, dan Allah ini bukannya tuhan untuk umat
islam saja tapi Allah ini Rabbunnaas, Tuhan seluruh manusia, bahkan
Rabbul Alamin, Tuhan seluruh alam. Dan Nabi Muhammad SAW bukan hanya
nabi untuk umat islam saja tetapi untuk seluruh umat manusia.
Allah berfirman :
Wama arsalnaka illa kaffatan linnas : Kami tidak utus engkau Muhammad melainkan untuk seluruh manusia
Begitu
juga Al Quran bukan kitab suci bagi umat islam saja, tapi
Hudallinnaas, petunjuk bagi seluruh manusia, bukan huda lilmuslimin,
petunjuk bagi muslim saja. Sekarang siapa yang mau bertanggung jawab
atas umat pada hari ini, yang sebagian besar tidak kenal pada Allah,
tidak kenal pada Nabi Saw, tidak kenal pad Al Quran, sedangkan Nabi
sudah tidak akan datang lagi. Ini semua adalah tanggung jawab kita untuk
menyampaikan ini kepada mereka. Manusia dalam kecelakaan besar, Kalau
kita mati tidak ada harta, tidak ada pakaian, tidak ada rumah, ini
tidak bahaya selama ada iman, namun jika mati dalam keadaan tidak
beriman maka mereka akan disiksa selama-lamanya. Kita harus melanjutkan
fikir Nabi Saw dan usaha Nabi Saw. Kita memang bukan Nabi atau Rasul
namun Allah muliakan kita dengan mewariskan usaha kenabian kepada ummat
ini untuk dilanjutkan.
Jangan
kita kecil hati bahwa kita ini lemah banyak kekurangan sementara
penduduk manusia miliaran bagaimana mungkin ? Kita harus ambil
pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS dibakar
oleh Namrud Laknatullah Alaih, ada seekor burung kecil bawa air di
paruhnya terbang tinggi diatas apinya membawa air bolak balik agar api
padam. Malaikat bertanya, “Apa yang kamu kerjakan wahai burung ?” burung
menjawab, “sedang berusaha memadamkan api yang membakar kekasih Allah,
ibrahim AS.” Malaikat bilang apa manfaatnya membawa air sedikit itu
untuk mematikan api yang demikian hebat, belum sampai ke api sudah
menguap. Kata burung biar saja tidak apa-apa, yang penting kata burung
nanti di akherat ketika Allah bertanya kepadanya, “Wahai Burung adakah
kamu menyaksikan kekasihku dibakar, lalu apa yang kamu lakukan ?” Maka
aku akan menjawab, “Ya Allah aku hanya bisa membawa sedikit air saja di
paruh aku menurut kemampuanku saja, mudah-mudahan dengan amalku yang
sedikit ini bisa diterima.” Jadi jangan lihat besar kecilnya dunia kita
tapi lihatlah seberapa kemampuan kita. Allah tidak melihat hasil dalam
usaha agama ini tapi yang dilihat oleh Allah Swt adalah usaha kita.
Nabi Nuh AS 950 tahun dakwah siang malam tapi yang dapat hidayah cuman
80 orang saja, tapi Nabi Nuh AS tidak dianggap gagal oleh Allah SWT.
Walaupun dilempari batu tapi usahanya tidak berhenti. Maka Insya Allah
kita niatkan ambil bagian dalam Takaza Agama ini.